Seperti yg pernah kuceritakan sebelumnya, saya tidak pernah berencana untuk merantau ke Jawa, well, tinggal di pesisir Sumatra Timur, kabupaten paling selatan dari ibukota provinsi, apalagi seorang perempuan, mana pernah terfikirkan untuk hidup mandiri di kota antah berantah yg kulturnya sangat berbeda. Mungkin kalo saya seorang laki-laki, akan beda lagi ceritanya. Mungkin, inilah jawaban Allah atas doa saya yang ingin keluar dari rumah sejak usia 14-15 tahun, sekitar kelas 2-3 SMP. Saya pernah berencana untuk kabur dari rumah kelas 2 SMP saking tidak nyamannya rumah itu, (hampir) setiap hari mendengar pertengkaran dan saya yang di-abuse secara fisik dan verbal oleh orangtua hingga saya berniat kabur ke rumah nenek. Allah menyuruh saya menunggu, hingga di usia 18 saya diizinkan Nya untuk “kabur” dengan elegan untuk kuliah.
Saya terdampar di sub-urban selatan Greater Jekardah. Sendirian, ada sih saudara jauh di sentraal jekardah tapi gak begitu deket. 18, hidup sendirian, kuliah engineering, culture shock hahaha.