post-graduate journey : SIMAK UI (lagi)

Mungkin nggak begitu menarik kisahku ini karena menceritakan kisah kegagalan dan memulai kisah baru… dari sebuah kegagalan

Jadi setelah gagal S2 karena endometriosis dan pandemi, aku akhirnya memulai journey lagi buat apply S2. Kali ini dimulai dengan SIMAK UI 🙂

Sejujurnya aku biasa aja sih sama simak ui, gak berharap banget2 karena kalo lulus ya bagus, kalo gak ya gpp. Tes TPA 15 tahun lalu… beasiswa yg juga sama.

My.ADULT.LYFE.

Sabtu gw manfaatin buat leyeh2 ngobrol bareng temen asrama anak elektro.

AE : Posting KLB Polio *maklum emak2 anak 1

G : Ih tak kirain udah hilang dari sini ntu pirus… kok bisa ada lagi?

AE : Katanya sih anak yg kena belom vaksin…

G : Wow, eh tapi vaksin polio gratis kan?

AE : Gratis kalo di puskesmas… kalo di RS mah bayar.

G : Meskipun itu program gratis dari pemerintah? Atau jasa DSA aja?

AE : Yg gratis cuma di Posyandu/puskesmas. Vaksin kita masih impor.

Aku cek di buku vaksinnya anakku, vaksin yang dipake impor semua😢

Makanya mahaal… Inget banget pas vaksin pcv itu sejuta sendiri 1x suntik

G : Iya di indonesia belum bisa bikin vaksin.. bahan baku aja impor. Pemerintah ga mau investasi di riset.

Aku lagi ada project sama perusahaan vaksin unggas. pandemi bikin harga bahan baku impor naik.. akhirnya kerjasama buat bikin scale up bahan bakunya. tapi masih skala pilot plant

Bahan baku dalam negeri.. buat me-replace bahan impor

Klo untuk vaksin manusia, aku ga update.. yg jelas Indonesia belum punya teknologi dasar

week.end.

Recap weekday.

Senin-Rabu : Mengelola Proposal

Kamis-Jumat : Mengelola paten dan laporan akhir.

Sabtu : Leyeh2.

Minggu : Mulai panik.

BISMILLAH YUK KERJAIN.

Membangun support system bagi perempuan di rumah tangga

Gw sempat melihat beberapa temen2 gw yang menikah dan akhirnya memutuskan untuk jadi ibu rumah tangga dan tidak bekerja untuk fokus ke keluarga dan anak. Mereka mengeluhkan julidnya para mulut2 di sekitar yang menyayangkan gelar pendidikan tapi kok gak berkarya, dan ada juga yang merasa insekyur dengan para wanita karir. Disitu gw merasa ada sebuah ketimpangan yang terjadi di sistem keluarga Indonesia.

Seolah-olah, tugas domestik dan mengurus anak itu dibebankan sepenuhnya pada perempuan, sehingga mereka menjadi overwhelming dan tidak bisa mengembangkan bakatnya. “Kamu di rumah aja, biar aku yang kerja”, umumnya begitu syarat yang dikasih oleh para suami mereka. Padahal, perempuan bekerja itu bukan hanya karena masalah ekonomi untuk membantu keluarga, tapi juga mengembangkan passion nya. Sebagai manusia, perempuan dan laki-laki itu diberikan passion dan kesempatan yang sama untuk eksplorasi dan mengembangkan passionnya. Karena rumah tangga sistemnya adalah saling kerjasama, maka fungsi lain sebagai suami dan istri juga harus di-support oleh masing2 pasangan. Artinya, masing2 punya kesempatan untuk mengembangkan passion masing2 sambil saling membantu dalam mengurus rumahtangga dan mengasuh anak. Ya namanya aja partnership kan ya.

Jika memutuskan ingin memiliki anak, pastikan supporting system nya sudah dipersiapkan jauh2 hari, seperti anak akan dititipkan dimana, mempersiapkan slot pengeluaran buat daycare, dan lain-lain. Jangan asal pengen punya anak tanpa membangun support system.

Cerita MOTOR GW

Aku pertama kali beli motor itu Desember 2015, alasannya ya karena pengen menghemat uang transport. Alhamdulillah punya rezeki langsung cash pake uang tabungan daripada kredit yang berbunga riba. Selama ini aku ga pernah kursus naik motor, paling bawa motor aja pas di kampung. Sampai sini mesti mau ga mau biar mobilitas enak, terpaksa naik motor donk (maklum, ga ada transportasi umum, hehe).

Terus ya namanya masih kagok ditambah jam terbang sangat sedikit tapi kudu berhadapan dengan kerasnya jalanan, akhirnya gw bawa motor ini lambat, ya sekitar 40 km/jam. Dan kecelakaan pun terjadi, gw ditabrak dari belakang pas berhasil nyalip angkot. Alhamdulillah ga kenapa-napa, padahal malamnya gw harus berangkat ke Jepang.

Abis itu, pas mau nyebrang, gw kembali ditabrak dari belakang (2x dalam setahun). Akhirnya, gw trauma dan ga berani bawa itu motor lagi huhu. Bukan salah gw sih, tapi gini, mayoritas para pengendara motor di Indonesia itu emang gak punya etika dalam berkendara, maklumlah, SIM aja nembak bahkan gak punya *ihik

1ooo top schools

ltmpt ministry of education has just released the list of 1000 top schools nationwide. i was so triggered because i didn’t come from a top school, and i’m not like Kak A who won 1st place in a prestigious scholarship at the province level, which proved that although he was not from a top school (at least at province level), he won over those top students from top schools.

ok, maybe it was just my lame excuse haha. i felt comfortable being around best students nationwide when i was an undergraduate student. i was so excited to meet best talents and i was not so insecure about it.