Apalagi yang sekiranya akan kukatakan padamu
Pada jejak-jejak waktu yang habis dimakan debu
Kunyatakan pada angin yang desau itu
Akan kenangan abu-abu yang melapuk
Angin, bicaralah
Kalau memang ombak enggan lalu di tepian pantai itu
Ah, itu kan masa lalu
Masa di mana belum kutemukan cahaya
Masih juakah kau mengharapkan kembali gulita
Sedangkan di depanmu ada indahnya pelita?
Ombak pun diam
Ia hanya belum menemukan tempat menepi
Maka setiap candaan mentari, setiap kerlipan bulan
Selalu silih berganti
Setiap itu pula, terungkaplah makna hakiki tentang hidup ini
Sebab, waktupun tinggal menunggu
Untuk segera berhenti
Lalu, sang ombak menangis dalam deburannya yang kencang
Larut
Dalam penghambaannya yang panjang