Ombak

Apalagi yang sekiranya akan kukatakan padamu

Pada jejak-jejak waktu yang habis dimakan debu

Kunyatakan pada angin yang desau itu

Akan kenangan abu-abu yang melapuk

Angin, bicaralah

Kalau memang ombak enggan lalu di tepian pantai itu

Ah, itu kan masa lalu

Masa di mana belum kutemukan cahaya

Masih juakah kau mengharapkan kembali gulita

Sedangkan di depanmu ada indahnya pelita?

Ombak pun diam

Ia hanya belum menemukan tempat menepi

Maka setiap candaan mentari, setiap kerlipan bulan

Selalu silih berganti

Setiap itu pula, terungkaplah makna hakiki tentang hidup ini

Sebab, waktupun tinggal menunggu

Untuk segera berhenti

Lalu, sang ombak menangis dalam deburannya yang kencang

Larut

Dalam penghambaannya yang panjang

Hujan awal februari

Hujan gerimis masih membasahi kota kecil ini. Jendela masih berkabut dan basah karena hujan. Begitu juga daun-daun. Hawa dingin masih setia merayu orang-orang untuk tetap bertahan di peraduan masing-masing. Hari ini hari ke-16 meninggalkan Depok, menikmati liburan di kampong halaman tercinta. Jika menengok ke belakang, apakah hasil liburan ini? Liburan bersifat monoton. Jam 7 sudah turun dari rumah menuju rumah nenek. Nonton rangking satu. Memasak untuk makan siang. Tapi kadang jalan-jalan. Ke perpus daerah menambah wawasan. Kalo bisa dikatakan bahwa kehidupan selama liburan berbanding terbalik dengan kehidupan kuliah, baca : tidak produktif